Top Bisnis Online

ad1

Iklan Gratis

Profil Gurdasus : Arungi Tantangan Demi Mengabdi


Sri Haryuni, S.Pd.
Guru Daerah Khusus Provinsi Kalimantan Tengah



Setelah menamatkan pendidikan SMPnya di Sampit pada tahun 1980, wanita kelahiran Sampit, 2 november 1964 ini memutuskan untuk melanjutkan sekolah di SPG Sampit. Saat itu, tak banyak yang mendaftar di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) karena merasa khawatir nantinya akan ditugaskan di tempat yang sangat jauh dan terpencil. Namun Sri Haryuni, S.Pd justru memiliki pemikiran yang berbeda. “Siapa lagi yang mau mencerdaskan anak bangsa di daerah terpencil kalau bukan kita. Hal itulah yang membuat hati saya tergugah untuk menjadi guru,” ujarnya.

Tahun 1984, Sri Haryuni diangkat menjadi PNS dan ditugaskan untuk mengajar di SDN 1 Agung Mulyo yang terletak di Kecamatan Telaga Antang, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah. Sebuah daerah terpencil yang berjarak 7 km dari pusat kecamatan. Ia dan suaminya, Marsudi, serta kedua anaknya pun menetap di Desa Agung Mulyo. Wilayah di Desa Agung Mulyo sebagian besar adalah perkebunan, namun penduduk di sekitar hanyalah buruh dengan penghasilan yang kecil.

Saat pertama kali datang ke wilayah tempatnya bertugas, Sri Haryuni harus mengarungi medan berat penuh tantangan. “Berangkat dari kabupaten, saya naik transportasi air dengan menempuh waktu satu hari satu malam. Setelah sampai di darat masih harus menumpang truk pengangkut kayu untuk menuju ke lokasi sekolah karena belum ada kendaraan selain itu. Tetapi semua itu tidak menjadi menjadikan beban bagi saya karena semua sudah saya niati dengan hati yang tulus ikhlas,” katanya.

Pada tahun ajaran 2014/2015, jumlah siswa di SDN 1 Agung Mulyo total sebanyak 240 siswa. Sedangkan jumlah guru sebanyak 11 orang, yang terdiri dari 8 guru PNS dan 3 guru honorer. Terdapat 9 rombongan belajar, namun sekolah hanya memiliki 7 kelas, dimana 3 kelas dalam kondisi tidak layak. 

Tahun 2003, Sri Haryuni diangkat sebagai kepala SDN 1 Agung Mulyo hingga sekarang. Selama mengabdi, banyak suka duka yang dialaminya, mengisi ingatan dan kenangannya. Ia mengaku merasa sangat menikmati profesinya. Menurutnya, hal paling menyenangkan selama menjadi guru adalah ketika bisa bercanda langsung dengan murid-muridnya. Ia juga merasa amat bangga ketika alumni murid-muridnya bahkan sudah ada yang menjadi guru, perawat, dan asisten di perusahaan. “Lambat laun para orangtua sudah menyadari akan pentingnya pedidikan,” ucapnya. Namun salah satu duka yang ia rasakan antara lain ketika hujan turun, jalanan menjadi licin sehingga sepatunya tidak bisa dipakai dan terpaksa harus memakai sepatu boot. Namun bagi Sri Haryuni hal ini tidaklah menyurutkan semangatnya untuk terus berjuang mendidik dan membimbing anak-anak didiknya.

Sebagai guru daerah khusus, kini Sri Haryuni merasa berkecukupan. Ia sangat bersyukur dapat hidup dengan cukup layak dan sejahtera, karena sebelumnya ia pun pernah merasakan hidup yang penuh perjuangan dan kerja keras hanya untuk menutupi kebutuhan sehari-hari. Dulu, ia sempat membuka catering dan warung kecil-kecilan untuk menambah penghasilannya.


Saat diundang ke Jakarta untuk mengikuti ajang Pemilihan PTK Berprestasi dan Berdedikasi Nasional 2014, Sri Haryuni sungguh terharu dan bahagia. Ia sama sekali tak menyangka akan mendapat kesempatan yang sangat berharga tersebut selama hidupnya. “Sama sekali belum pernah terbayangkan memasuki Istana Negara untuk mengikuti acara resmi HUT RI Ke-69 yang biasanya cuma bisa kami saksikan lewat layar TV dan bisa berkenalan dengan teman-teman dari berbagai provinsi,” kata wanita penyuka olahraga voli ini. Kini, ia semakin mantap mengabdikan dirinya menjadi guru di daerah khusus.***



Ditulis tahun : 2014
Diterbitkan di Buku Profil Gurdasus Tingkat Nasional 2014 (Kemendikbud)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Leave A Comment...

Chord dan Lirik

Ulasan Film

ad2

Keimanan dan Keyakinan

Olahan Makanan

Tempo Doeloe

Tips dan Trik

Explore Indonesia

Broker Kripto